CARA SEDERHANA MENGATASI PATAH LEHER PADA TANAMAN PADI
Mengatasi patah leher padi adalah hal penting dalam budidaya padi karena masalah ini bisa menyebabkan kehilangan hasil panen yang cukup besar. Patah leher padi biasanya terjadi pada fase pengisian hingga pematangan bulir dan dapat disebabkan oleh faktor penyakit, kekurangan hara, atau kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Berikut beberapa penyebab umum dan cara mengatasinya:
📌 Penyebab Patah Leher Padi
-
Serangan Penyakit
-
Penyakit leher busuk (Sheath rot atau Neck blast) disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani atau Pyricularia oryzae.
-
Ciri-ciri: leher malai menjadi coklat/hitam dan patah sebelum bulir terisi penuh.
-
-
Kekurangan Hara Kalium (K)
-
Kalium berperan dalam memperkuat jaringan tanaman. Kekurangannya menyebabkan batang dan tangkai mudah patah.
-
-
Kelembaban Tinggi dan Drainase Buruk
-
Lingkungan terlalu lembab memicu tumbuhnya patogen penyebab penyakit.
-
-
Pemupukan Nitrogen Berlebihan
-
Nitrogen yang berlebihan membuat tanaman terlalu rimbun dan lunak, rentan terhadap penyakit dan kerobohan.
-
✅ Cara Mengatasi dan Mencegah Patah Leher Padi
1. Pengendalian Penyakit
-
Gunakan fungisida sistemik seperti yang mengandung Tricyclazole (untuk blast) pada fase anakan maksimum hingga malai keluar.
-
Semprot fungisida saat cuaca mendukung infeksi (lembab, hujan sering).
2. Pemupukan Seimbang
-
Berikan pupuk sesuai kebutuhan tanaman:
-
Nitrogen (N): sesuai dosis anjuran, hindari overdosis.
-
Kalium (K): tambahkan KCl jika tanah miskin K.
-
Silika (Si) juga membantu memperkuat batang dan mengurangi infeksi penyakit.
-
3. Drainase Baik
-
Pastikan sawah memiliki saluran drainase yang lancar, terutama menjelang fase generatif (pengisian bulir).
4. Varietas Tahan
-
Tanam varietas yang tahan terhadap penyakit blast atau sheath rot, misalnya varietas unggul baru (varietas rekomendasi dari Balitbangtan atau BPTP setempat).
5. Pengamatan dan Rotasi Tanaman
-
Lakukan monitoring rutin terhadap gejala penyakit.
-
Rotasi tanaman bisa mengurangi tekanan penyakit tanah.
Sumber:
Penulis dan Editor: Budi Purwanto
Komentar
Posting Komentar